![]() |
| Masjidil Haram (ilustrasi). Foto: Blogspot.com |
Allah SWT berfirman,
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia,
ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk
bagi seluruh alam. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam
Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia.
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang
yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari
(kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu)
dari semesta alam.” (QS Ali Imran: 96-97).
Kedua ayat ini
mengisyaratkan dengan jelas bahwa rumah ibadah yang dibangun pertama kali di
bumi adalah Baitullah. Kedua ayat ini pun menjelaskan tentang keeucian dan kehormatan
yang terdapat padanya, beserta berbagai petunjuk, bukti, dan jejak yang ada
padanya. Di antaranya adalah Maqam Ibrahim.
Al-Mawardi meriwayatkan
dari Atha’, dari Ibnu Abbas, bahwa tatkala Adam diturunkan dari surga ke bumi,
Allah SWT berfirman kepadanya, “Wahai Adam, pergilah dan dirikanlah sebuah
rumah untuk-Ku. Lalu berthawaflah padanya. Sebutlah nama-Ku di dekatnya,
sebagaimana engkau saksikan para malaikat melakukannya di seputar Arsy.”
Adam pun memijakkan
kakinya di muka bumi. Setiap tepat yang dilewatinya kelak menjadi
wilayah-wilayah yang berpenghuni. Ketika Adam sampai di lokasi Baitullah yang
suci, Jibril memukulkan kedua sayapnya di bumi. Lalu, menyembullah fondasi yang
tertancap erat dari atas lapisan bumi yang ketujuh. Para malaikat melemparkan
kepadanya batu berat yang tidak akan sanggup diangkat oleh 30 orang laki-laki.
Kemudian Adam membangun Baitullah dengan batu yang berasal dari lima gunung:
Hira, Thur Sina, Lebanon, Jud, dan Thur Zait. Sedangkan batu pertamanya berasal
dari gunung Hira.
Sebagian riwayat
menyatakan, telah diturunkan sebuah kemah dari surga untuk Adam. Kemah tersebut
dipasang di lokasi Ka’bah agar Adam dapat tinggal di dalamnya dan berthawaf di
sekelilingnya. Kemah tersebut tetap berada di sana sampai Adam wafat. Setelah
itu, barulah Allah mengangkatnya. Riwayat ini disampaikan melalui jalur Wahb
bin Munabbih.
Dalam riwayat lain
disebutkan bahwa telah diturunkan bersamanya Baitullah. Di sanalah Adam dan
anak cucunya yang beriman melakukan thawaf. Namun, ketika bumi tenggelam oleh
air bah, Allah mengangkat Baitullah ke langit. Baitullah itulah yang disebut
dengan Baitul Ma’mur. Riwayat ini berasal dari Qatadah seperti yang ditulis
Al-Halimi dalam kitabnya, Minhaj Ad-Din.
Al-Halimi mengatakan bahwa
pengertian yang dikatakan Qatadah tentang ‘telah diturunkan Baitullah bersama
Adam’ yakni diturunkan pula bersamanya ukuran rumah yang dibangun, baik
panjang, lebar, maupun tingginya. Kemudian diperintahkan kepada Adam,
“Bangunlah sesuai dengan ukurannya. Perhatikan posisinya, yaitu sekitar lokasi
Ka’bah.”
Dia pun membangunnya di
sana. Inilah pembangunan yang dilakukan Adam, dan kelak akan diteruskan oleh
Ibrahim.
Redaktur: Chairul Akhmad
Sumber: Atlas Haji & Umrah karya Sami bin Abdullah Al-Maghlouth
Sumber : http://www.jurnalhaji.com/wijhat/tempat-bersejarah/sejarah-pembangunan-baitul-haram/#sthash.5364HhKy.dpuf



Tidak ada komentar