Judul: Khadijah, The True Love Story of Muhammad
Penulis: Abdul Mun’im Muhammad
Penerbit: Pena (Ilmu dan Amal)
dakwatuna.com
– “Aku tidak pernah merasa cemburu kepada seorang wanita sebesar rasa
cemburuku kepada Khadijah. Aku tidak pernah melihatnya, tetapi
Rasulullah sering menyebut dan mengingatnya. Ketika menyembelih seekor
kambing, beliau selalu memotong sebagian dagingnya dan menghadiahkannya
kepada sahabat-sahabat Khadijah. Aku pernah berkata kepada Rasulullah,
‘seperti tidak ada wanita lain di dunia ini selain Khadijah’. Rasulullah
menjawab, ‘Khadijah itu begini dan begitu dan dari dialah aku
memperoleh anak.’” (Kisah Aisyah mengenai Khadijah).
Dalam buku
ini, dikisahkan kehidupan Khadijah mulai dari sebelum menikah dengan
Rasulullah sampai Khadijah wafat pada tahun kesedihan Rasulullah.
Dijelaskan bahwa Khadijah merupakan seorang wanita yang sangat halus
hatinya, pandai menjaga kehormatan, pandai menjaga harta dan dermawan.
Khadijah tak pernah sekalipun melakukan penyembahan terhadap berhala,
ia masih menjaga kepercayaan murni dari ajaran nabi Ibrahim. Sosok
wanita yang diberi gelar “wanita yang suci” (Thahirah) ini pun terpesona dengan kepribadian nabi Muhammad yang diberi gelar al-Amin
(Terpercaya) dan merupakan pemuda yang sangat disanjung-sanjung oleh
masyarakat Mekah saat itu. Diantara lamaran yang silih berganti datang
kepadanya, Khadijah berkeinginan untuk menikah dengan Muhammad. Bukan
dari ketampanan dan kepiawaian nabi Muhammad dalam melakukan perdagangan
melainkan karena akhlak mulia yang senantiasa dijaga oleh nabi
Muhammad.
Melalui pendekatan yang dilakukan oleh Nafisah kepada
nabi Muhammad bahwa ada seorang wanita yang paling cocok ia nikahi
yaitu, Khadijah. Kemudian Khadijah mengundang nabi muhammad untuk hadir
ke kediaman Khadijah dan dengan berani Khadijah memberi tahukan
keinginannya untuk menikah dengan nabi Muhammad. Sifat ini
memperlihatkan bahwa Khadijah merupakan wanita yang mampu mengurusi
urusan-urusannya sendiri. Dan akhirnya nabi Muhammad menerima pinangan
Khadijah.
Saat Nabi muhammad mengalami masa-masa khawatir dan
ketakutan dengan kedatangan Jibril di gua Hira’. Khadijah selalu mampu
untuk menenangkan Rasulullah dan berkonsultasi secara diam-diam dengan
Waraqah (Ahli kitab dan sepupu Khadijah). Waraqah berkeyakinan bahwa
Muhammad adalah seorang Rasul yang diturunkan oleh Allah. Khadijah pun
merupakan orang pertama yang masuk Islam dan langsung mempercayai ajaran
Rasulullah. Ketangguhan Khadijah dalam membersamai Rasulullah saat
berdakwah baik secara dam-diam maupun terang-terangan membuatnya mampu
menahan sakit yang dialami saat mengandung Abdullah dan Fatimah. Ia tak
pernah mengeluh sedikitpun kepada Rasulullah akan keadaan fisiknya yang
dilakukan adalan terus menerus memberikan support dan kasih
sayang yang begitu tulus untuk senantiasa membesarkan hati Rasulullah
yang tersakiti oleh tindakan-tindakan kaum kafir Quraisy.
Khadijah mernyadari bahwa ada amanah besar yang dimiliki oleh suaminya. Ia
pun merasa bahwa sebagai istri Muhammad, ia memiliki tanggung jawab
yang besar untuk menjadi pendamping terbaik bagi Muhammad dan ikut serta
menyebarkan syariat Islam. Pernah suatu ketika, saat Jibril
menyampaikan wahyu kepada Rasulullah, Allah menitipkan salam-Nya untuk
disampaikan kepada Khadijah dan dijanjikan akan dibuatkan sebuah istana
dari permata di surga kelak karena Khadijah telah berjuang begitu
kerasnya.
Kematian Khadijah memberikan kesedihan yang amat
mendalam dalam diri Rasulullah. Tak ada lagi kasih sayang yang begitu
tulus dan senantiasa hadir untuk membesarkan dan memberikan keteguhan
pada hatinya. Dan Khadijah merupakan satu-satunya istri Rasulullah yang
memberinya keturunan, yaitu: Zinab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Abdullah,
Qasim dan Fatimah.
Dalam buku ini, dipaparkan begitu baik tentang
kisah kemuliaan seorang Khadijah dalam melaksanakan tugasnya sebagai
seorang istri, ibu rumah tangga serta Ummul Mukminin. Para
muslimah sudah sepatutnya meneladani sifat-sifat mulia dari wanita yang
disebut sebagai cinta sejati Rasulullah ini. Kelembutan hati,
kemandirian, ketegasan, keberanian dan kepatuhan serta kasih sayang
terhadap suami yang dicerminkan oleh Khadijah merupakan teladan yang
harus dipegang teguh oleh para muslimah diantara isu feminisme dan
emansipasi yang tengah digaungkan dunia saat ini. Muslimah perlu sadar
bahwa keteladanan sejati bukan datang dari pejuang feminisme atau
emansipasi, melainkan dari Ibunda Umat, Siti Khadijah.
Kekurangan
dari buku ini adalah penulis amat jauh menyoroti kisah kehidupan
Rasulullah dibandingkan dengan menceritakan kehidupan Khadijah. Tentu
saja karena begitu luar biasa kisah kehidupan Rasulullah. Namun sejauh
itu buku ini sangat bermanfaat.
About Admin
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Prev
Posting Lama
Next
Posting Lebih Baru
You may also like
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


Tidak ada komentar