Pemda memberikan dukungan transportasi dan petugas haji dari tiap
daerah untuk keberangkatan dari daerah masing-masing menuju ke
embarkasi, katanya di Jakarta, Selasa.
Beberapa tahun sebelumnya, menurut Ahda, jemaah haji Indonesia asal
DKI Jakarta mendapat perlakuan berbeda dari jemaah haji dari provinsi
lainnya.
Pasalnya, seluruh jemaah dari ibukota tersebut mendapat dukungan
dana dari gubernurnya berupa biaya transportasi dan katering selama di
Mekkah.
Padahal, selama di Mekkah biaya-biaya tersebut sudah dianggarkan
oleh Kementerian Agama melalui Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh
(PHU). Dampaknya, jika ada jemaah haji asal DKI yang kebetulan menempati
hotel atau pondokan sama dengan jemaah asal dari daerah lain telah menimbulkan rasa iri.
Selama di Mekkah, kerap terjadi jemaah haji Indonesia dari daerah lain jika naik bus ke rombongan asal DKI ditolak. "Kini keadaan itu semua tidak ada lagi," kata Ahda.
Menurut Ahda, persoalan ini telah menimbulkan protes para gubernur
dari seluruh Indonesia yang kemudian disampaikan ke Mendagri. Lalu,
Mendagri Gamawan Fauzi menindaklanjuti dan membuat edaran bahwa APBD tak
dibenarkan untuk membantu jemaah haji selama di Tanah Suci.
Kecuali, kata Ahda lagi, dukungan untuk pelayanan jemaah haji
seperti transportasi lokal ke embarkasi dan petugas haji/kesehatan dari
daerah bersangkutan.
Kini pengotak-kotakan pelayanan jemaah haji hapus. Yang ada
pelayanan untuk semua jemaah haji Indonesia sama. Mengenai dihentikannya
anggaran bantuan untuk calon haji DKI Jakarta, Asisten Sekretaris
Daerah (Sekda) DKI bidang Kesejahteraan Masyarakat (Askesmas) Bambang
Sugiyono mengakui. Hal tersebut disebabkan adanya larangan dari
Kementerian Dalam Negeri.
Pemberian bantuan, kata dia, dikhawatirkan akan terjadi duplikasi
dengan anggaran Kementerian Agama (kemenag). Kecuali Kemenag membolehkan
pemberian bantuan itu, ujarnya.
Jadi, calon jamaah haji (Calhaj) tahun keberangkatan 2014 asal DKI
Jakarta tidak mendapat bantuan makanan dan transportasi selama di Makkah
dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Karenanya, jamaah diminta
menyediakan makanan secara mandiri, atau dapat pula menggunakan
fasilitas dapur yang ada di pemondokan Makkah.
Sebab, ia menegaskan, di pemondokan yang kabarnya sekelas hotel bintang tiga, telah disediakan alat-alat memasak termasuk kompor. (ant. Jurnal Haji dan Umroh)
Tidak ada komentar